Senin, 16 November 2015

Syarat Pencalonan PK IMM FKIP UMB



Syarat Pencalonan Formatur PK IMM FKIP UMB


  1. Setia pada azas, tujuan, perjuangan Ikatan dan Persyarikatan.
  2. Taat pada garis kebijakan pimpinan Ikatan dan Persyarikatan.
  3. Mampu membaca Al-Qur’an secara tartil.
  4. Mampu dan cakap melaksanakan tugas.
  5. Dapat menjadi tauladan utama dalam organisasi terutama akhlak dan ibadahnya.
  6. Tidak merangkap dengan pimpinan organisasi politik atau anggota organisasi politik.
  7. Berpengalaman menjadi pimpinan Ikatan setingkat di bawahnya.
  8. Bersedia berdomisili di tempat kedudukan sekretariat, jika terpilih menjadi pimpinan.
  9.  Telah menjadi anggota biasa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan.
  10. Telah lulus perkaderan Darul Arqom Dasar.
  11.  Terdaftar sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi.
  12. Mengumpulkan surat pernyataan kesediaan dari calon.
  13. Mengumpulkan surat pernyataan tidak menjabat di Partai Politik.
  14. Mengumpulkan surat pernyataan tidak menjabat di OKP lain
  15. Mengisi daftar riwayat hidup.
  16.  Menyerahkan file foto dalam bentuk CD, DVD atau flashdisk
  17. Fotocopy Syahadah.
  18. Foto warna 3 X 4 sebanyak 3 lembar
  19.  Fotocopy KTP
  20. Berkas syarat-syarat pencalonan formatur PK IMM FKIP UMB dikumpulkan dalam map merah.
  21. Terakhir pengumpulan berkas tanggal 20 November 2015.



Kepada Yth,
Panitia Pelaksana Musykom PK IMM FKIP UMB
Di Bengkulu

Surat Pernyataan Kesediaan
Dengan ini saya:
Nama               :
Jabatan             :
Alamat             :
No. Telp/HP    :
Menyatakan bersedia menjadi CALON FORMATUR PK IMM FKIP UMB 2015/2016 dengan melengkapi semua persyaratan yang telah ditentukan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Billahi Fii sabilil haq Fastabiqul Khairat.

Bengkulu,    November 2015
Hormat saya



(..................................................)
Nama Jelas



NB: Surat pernyataan ini dapat diperbanyak sesuai kebutuhan





Kepada Yth,
Panitia Pelaksana Musykom PK IMM FKIP UMB
Di Bengkulu

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya:
Nama               :
Jabatan             :
Alamat             :
No. Telp/HP    :
Menyatakan MENJABAT / TIDAK MENJABAT* di OKP yang Bidang garapannya sama dengan IMM.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Billahi Fii sabilil haq Fastabiqul Khairat.

Bengkulu,    November 2015
Hormat saya



(..................................................)
Nama Jelas




* coret salah satu
NB: Surat pernyataan ini dapat diperbanyak sesuai kebutuhan



Kepada Yth,
Panitia Pelaksana Musykom PK IMM FKIP UMB
Di Bengkulu

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya:
Nama               :
Jabatan             :
Alamat             :
No. Telp/HP    :
Menyatakan MENJABAT / TIDAK MENJABAT* di Partai Politik atau Organisasi yang Berafiliasi dengan partai politik.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Billahi Fii sabilil haq Fastabiqul Khairat.

Bengkulu,    November 2015
Hormat saya



(..................................................)
Nama Jelas



* coret salah satu
NB: Surat pernyataan ini dapat diperbanyak sesuai kebutuhan




DATA RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
NAMA LENGKAP
:
NAMA PANGGILAN
:
TEMPAT/TGL LAHIR
:
UTUSAN
:
ALAMAT  RUMAH
:
DOMISILI
:
NO. TELEPON/HP
:
EMAIL
:
FACEBOOK
:
TWITTER
:
HOBBY
:
MOTTO HIDUP
:

RIWAYAT PENDIDIKAN
NAMA SEKOLAH DAN TINGKAT
TAHUN











RIWAYAT ORGANISASI
NAMA ORGANISASI
JABATAN
TAHUN










PERKADERAN KHUSUS YANG PERNAH DIIKUTI
NAMA PERKADERAN
PENYELENGGARA
TAHUN

Senin, 23 Februari 2015

ARTI LAMBANG IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH (IMM)

       Lambang IMM adalah pena yang berlapis dengan 3 warna, ditengah bertuliskan IMM, bunga melati dan pita yang tercantum tulisan arab fastabiqul khairat, serta matahari bersinar.

·    Lambang IMM
Bentuk: Perisai Pena (Berarti lambang orang yang menuntut ilmu)
Berlapis tiga maknanya : Iman, Islam dan Ikhsan atau Iman, Ilmu dan Amal.

·      WARNA
Hitam : Kekuatan, ketabahan, dan keabadian.
Kuning : Kemuliaan tujuan.
Merah : Keberanian dalam berfikir, berbuat dan bertanggung jawab.
Hijau : Kesejahteraan.
Putih : Kesucian

·      GAMBAR
Sinar Muhammadiyah : Lambang Muhammadiyah.
Melati : IMM sebagai kader muda Muhammadiyah
Tulisan dalam pita : Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan)
Tulisan IMM : Singkatan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


Posted By: +Alfha Sari

Senin, 16 Februari 2015

Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat

Assalamu’alaikum warahmatullahii wabarakatuh

Immawan maupun Immawati mengakhiri sebuah majelis, biasanya kalimat Fastabiqul Khairat selalu muncul di belakangnya. Ternyata kalimat ini berasal dari potongan ayat dalam Al Qur'an (Al Baqarah 148):
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kalian (berbuat) yang terbaik. Di mana saja kalian berada pasti Allah akan mengumpulkanmu semua (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Kalimat Billahi dalam tatanan bahasa Indonesia maupun keistilaan merupakan sebuah perwakilan hati nurani untuk mencapai kebenaran yang di ukur melalui kekuatan moralitas dan prilaku manusia. Billahi adalah refresentasi naluri dan gagasan yang di aktualisasikan dalam prinsip nilai kemanusiaan sehingga menjadi bagian yang terintegrasi satu sama lainnya. Sementara kalimat Fii Sabilil haq membawa makna tersendiri dan tak terpisahkan dari substansinya dengan pemaksimalan potensi diri yang didukung oleh kekuatan moralitas dan prilaku yang baik sebagai jembatan untuk mencapai keberkatan dan keberkahan. Arti jembatan dalam prinsip Fii Sabilil haq adalah alat untuk menunaikan segala kemampuan gagasan, material, spirit dan etos kerja untuk menjunjung tinggi nilai-nilai keillahiannya sebagai spirit amal sholeh menuju kebahagiaan hakiki.

Lalu apa kaitannya dengan IMM?
Ya, pertanyaan tersebut kemudian muncul, mengapa IMM menggunakan kalimat tersebut? Hakikat dari "Berlomba-lomba dalam kebaikan" adalah terus berupaya melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya. Kebaikan-kebaikan tersebut kemudian dikaitkan dengan Tri Kompetensi dasar yang membingkai arah gerak kader IMM. Salah satu contoh dalam dunia perkuliahan adalah dalam Intelektualitas. Seorang kader IMM sudah semestinya memiliki pengetahuan yang lebih daripada yang lain. Pengetahuan di sini dapat berupa pengetahuan akademik ataupun non akademik.
Pun demikian halnya dalam hal Humanitas, sikap toleransi dan kepedulian sosial kader IMM harus lebih dari yang lainnya. Ketika kehidupan digilas oleh roda Globalisasi yang menyebabkan perilaku individual semakin tinggi, bukan berarti kader IMM harus terjagkit gejala yang sama yakni individual. Terlepas dari kebaikan-kebaikan yang lebih cenderung kepada hal yang bersifat duniawi, tidak terlupakan juga sesuatu yang sangat penting, yaitu religiusitas. IMM akan selalu berkaitan dengan Muhammadiyah.
Dan  tentu saja ketika berbicara seputar Muhammadiyah, hal terdekat yang akan dibahas adalah Islam. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mensejajarkan antara urusan dunia dan akhirat. Artinya ketika urusan-urusan dunia telah dipenuhi, jangan lupa untuk memenuhi urusan akhirat pula. Maka dari itu, seorang kader IMM juga harus unggul dalam hal religiusitas. Hubungan vertikal dengan sang pencipta harus selalu berprogres.

Sudahkah Kader IMM berfastabiqul Khairat?

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Ia diberikan akal, pikiran,hati dan juga nafsu  yang memungkinkannya dapat melihat dan meniti jalan yang benar. Terlepas dari itu semua, sesungguhnya manusia hanyalah makhluk kecil ciptaan Allah yang berada di bawah Kuasanya. Manusia selalu memiliki naluri untuk menuju kepada kebenaran, akan tetapi, nafsulah yang sering kali membelokkan langkahnya. Pun demikian halnya dengan kader IMM.
Mereka hanyalah manusia seperti yang lainnya. Ketika ditanya sudahkah Kader IMM berfastabiqul Khairat. Jawaban paling tepat adalah masih dalam proses. Ya, mengapa demikian? Manusia pada umumnya memiliki kadar keimanan yang fluktuatif. Ada kalanya dengan semangat yang menggebu-gebu untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Tetapi, ada kalanya semangat itu menurun karena berbagai faktor. Terlepas dari semua itu, dengan segala upaya penyemangat dari rekan-rekan yang lain, semangat untuk berfastabiqul khairat akan terus tumbuh dan berkembang. Itulah makna ikatan yang sebenarnya. Saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, saling mengingatkan dan sling menguatkan.
Kebaikan dalam wujud apapun datangnya dari Allah SWT itu sifatnya pasti dan hakiki tidak bisa dibantah dan ditawar lagi, sehingga manusia diberi tugas untuk menyebarkannya dan tidak mungkin bisa dikalahkan. Sedangkan keburukan dengan segala konsekuensinya baik yang tampak maupun yang tersembunyi sudah pasti datangnya dari syaitan dan itu juga sudah jelas walaupun bentuknya bisa saja disamarkan seolah merupakan kebaikan dan kesenangan, namun kewajiban manusia harus selalu mewaspadai, menyadari (menginsyafi) dan menjauhinya agar tidak terjerumus lebih jauh lagi kedalam langkah dan tingkah laku dari kehidupan syaitan tersebut. Berfirman Allah SWT:
” Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. ‘ Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (Qs Az Zalzalah ayat 7-8)
Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat
Wassalamu’alaikum warahmatullahii wabarakatuh
Sumber:



Post by: +Alfha Sari

Jumat, 23 Januari 2015

Kegiatan FKIP Bulan ini!!


Kader – kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Bengkulu, beberapa hari terakhir ini sedang mempersiapkan diri untuk menampilkan sebuah persembahan istimewa dalam rangka Acara Pembukaan Darul Arqom Madya atau sering disingkat DAM.
DAM merupakan perkaderan utama tingkat kedua dari tiga tingkat perkaderan (DAD, DAM, DAP), dan merupakan prasyarat bagi calon pimpinan IMM tingkat daerah. Yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan kepribadian cendikiawan serta mutu anggota hingga mencapai kualifikasi kader IMM yang mempunyai wawasan tingkat daerah dan nasional sebagi pemimpin umat. (sumber : http://immfaijaksel.blogspot.com/2011/08/komponen-dan-jenjang-pengkaderan-ikatan.html )
Ketua pelaksana kegiatan Perkaderan DAM ini yaitu Kanda Doni, Kader senior IMM FKIP. Adapun peserta dalam kegiatan perkaderan ini, yaitu Mahasiswa Muhammadiyah se-Sumatera dan Jawa. Komisariat IMM FKIP UMB menjadi salah satu bagian terpenting dalam pelaksanaan kegiatan. Karena Struktur Kepanitiaan dalam Perkaderan DAM sebagian besar berasal dari IMM FKIP. Bukan hanya dari segi kepanitiaan, tapi juga dalam segi acara. Kader IMM FKIP juga akan mempersembahkan Grup “Paduan Suara” untuk acara pembukaan DAM yang akan dilaksanakan di Pesantren Al-Mubarok Bengkulu, selama lima hari dari 26-30 Januari 2015.

Kader IMM FKIP lagi latihan Paduan Suara di Sekre tercinta! :)

“Harapan kedepannya, semoga Bengkulu bisa dipandang bagus oleh orang luar, karena beban itu ada dipundak FKIP” seru Kanda Mahmud Yunus (Pimpinan Komisariat IMM FKIP).
Post by : Alfha Sari

Kamis, 22 Januari 2015

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH



MELACAK JEJAK SEJARAH

KELAHIRAN IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah,   dan juga bisa  dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk  memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan.

 Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lainialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102):

1.       Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal,   serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
2.       Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk  saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politikummat Islam yang semakin buruk.
3.       Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
4.       Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
5.       Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama  dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
6.       Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
7.       Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi
8.       Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk

Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina   mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah  dimulai sejak lama. Semangat tersebut sebenarnya  telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan  Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934-1937). Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga besar  Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah juga sudah banyak memiliki amal usaba pendidikan tingkat menengah.

  Gagasan pembinaan kader di lingkungan  mahasiswa datam bentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan kehendak  pendiri Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan  babwa "dari kallan nanti akan ada yang jadi dokter, meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada   Muhammadiyah" (Suara Muhammadiyah, nomor 6  tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19). Dengan   demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah  memikirkan bahwa kader-kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke Muhammadiyah.

  Namun demikian, gagasan untuk menghimpun dan membina mahasiswa di lingkungan  Muhammadiyah cenderung terabaikan, tantaran  Muhammadiyah sendiri belum memiliki perguruan   tinggi. Belum mendesaknya pembentukan wadah kader di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah  saat itu juga karena saat itu jumlah mahasiswa yang ada di lingkungan Muhammadiyah betum terialu banyak. Dengan demikian, pembinaan kadermahasiswa Muhammadiyah dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa putera dan metalui Nasyiatul Aisyiyah  (1931) untuk mahasiswa puteri.

Pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 pada  tahun 1950 di Yogyakarta, dihembuskan kembali keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Namun karena berbagai macam hat, keinginan tersebut belum bisa diwujudkan,sehingga gagasan untuk dapat secara langsung membina dan menghimpun para mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah tidak berhasil Dengan demikian, keinginan untuk membentuk wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah juga masih jauh dari kenyataan.

Pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 tahun 1956 di Palembang, gagasan pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah baru bisa direalisasikan. Namun gagasan untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan belum bias diwujudkan. Untuk mewadahi pembinaan terhadap mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja sama dengan Pemuda Muhammadiyah.

Gagasan untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah dalam satu himpunan setidaknya telah menjadi polemik di lingkungan Muhammadiyah sejak lama. Perdebatan seputar kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah  berlangsung cukup sengit, baik di kalangan Muhammadiyah sendiri maupun di kalangan gerakan mahasiswa yang lain. Setidaknya, kelahiran IMM sebagai wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi, baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dari kalangan gerakan mahasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di kalangan Muhammadiyah sendiri pada awal munculnya gagasan pendirian IMM terdapat anggapan bahwa IMM betum dibutuhkan kehadirannya dalam Muhammadiyah, karena Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah masih dianggap cukup mampu untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah.

Di samping itu, resistensi terhadap ide kelahiran IMM pada awalnya juga disebabkan adanya hubungan dekat yang tidak kentara antara Muhammadiyah dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hubungan dekat itu dapat ditihat ketika Lafran Pane mau menjajagi pendirian HMI. Dia bertukar pikiran dengan Prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokob Muhammadiyah), dan beliau setuju. Pendiri HMI yang lain ialah Maisarah Hilal (cucu KHA. Dahlan) yang juga seorang aktifis di Nasyi'atul Aisyiyah.

Bila asumsi itu benar adanya, maka hubungan dekat itu selanjutnya sangat mempengaruhi perjalanan IMM, karena dengan demikian Muhammadiyah saat itu beranggapan bahwa pembinaan dan pengkaderan  mahasiswa Muhammadiyah bisa dititipkan metalui HMI (Farid Fathoni, 1990: 94). Pengaruh hubungan dekat tersebut sangat besar bagi kelahiran IMM. Hal ini bisa dilihat dari perdebatan tentang kelahiran IMM. Pimpinan Muhammadiyah di tingkat lokal seringkali menganggap bahwa kelahiran IMM saat itu tidak diperlukan, karena sudah terwadahi dalam Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atulAisyiyah, serta HMI yang sudah cukup eksis (dan mempunyai pandangan ideologis yang sama). Pimpinan Muhammadiyah pada saat itu lebih menganak- emaskan HMI daripada IMM. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya pimpinan Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun kelembagaan, yang memberikan dukungan pada aktivitas HMI. Di kalangan Pemuda Muhammadiyah juga terjadi perdebatan yang cukup sengit seputar kelahiran IMM. Perdebatan seputar kelahiran IMM tersebut cukup beralasan, karena sebagian pimpinan (baik di Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyi'atul Aisyiyah, serta amal-amal usaha Muhammadiyah) adalah kader-kader yang dibesarkan di HMI.

 Setelah mengalami polemik yang cukup serius tentang gagasan untuk mendirikan IMM, maka pada tahun 1956 polemik tersebut mulai mengalami pengendapan. Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio operasional pendirian IMM dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98). Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah secara formal membentuk kader terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun itu telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak harus mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI). Ketiga, perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan. Keempat, keputusan Muktamar Muhammadiyah bersamaan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang tentang "....menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah."

 Baru pada tahun 1961 (menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta) iselenggarakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta (saat itu, Muhammadiyah sudah mempunyai perguruan tinggi Muhammadiyah sebelas buah yang tersebar di berbagai kota). Pada saat itulah, gagasan untuk mendirikan IMM digulirkan sekuat-kuatnya. Keinginan tersebut ternyata tidak hanya dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, tetapi juga dari kalangan mahasiswa di berbagai universitas non-Muhammadiyah. Keinginan kuat tersebut tercermin dari tindakan para tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah untuk berdiri sendiri. Oleh karena itu, lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh Margono (UGM, Ir.), Sudibyo Markus (UGM, dr.), Rosyad Saleh (IAIN, Drs.), sedangkan ide pembentukannya dari Djazman al-Kindi (UGM, Drs.).

   Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal Yogyakarta.

   Tiga butan setelah penjajagan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mere,smikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tanggal 29 Syawal 1384 H. atau 14 Maret 1964 M. Penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dilakukan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, yaitu KHA. Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatanganan 'Enam Penegasan IMM' oleh KHA. Badawi, yaitu:
1.       Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan  mahasiswa Islam
2.       Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah  adalah landasan perjuangan IMM
3.       Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahesiswa dalam Muhammadiyah
4.       Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undartg, peraturan,  serta dasar dan falsafah negara
5.       Menegaskan bahwa ilmu adalá amaliah dan  amal adalah ilmiah
6.       Menegaskan bahwa amal WJA aMah lillahi  ta'ala dan senantiasa diabdWan untuk kepentingan rakyat.

  Tujuan akhir kehadiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk pertama kalinya ialah membentuk  akademisi Islam datam rangka metaksanakan tujuan Muhammadiyah. Sedangkan aktifitas IMM pada awal kehadirannya yang paling menonjol ialah kegiatan keagamaan dan pengkaderan, sehingga seringkali IMM pada awal kelahirannya disebut sebagai Kelompok Pengajian Mahasiswa Yogya (Farid Fathoni, 1990: 102).

 Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai berikut:
1.       Turut memelihara martabat dan membela  kejayaan bangsa
2.       Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
3.       Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah
4.       Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna  amal usaha Muhammadiyah
5.       Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan

 Dengan berdirinya IMM lokal Yogyakarta, maka berdiri pulalah IMM lokal di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jember, Surakarta, Jakarta, Medan, Padang, Tuban, Sukabumi, Banjarmasin, dan lain-lain. Dengan demikian, mengingat semakin besarnya arus perkembangan IMM di hampir seluruh kota-kota universitas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan IMM dari organisasi di tingkat lokal menjadi organisasi yang berskala nasional dan mempunyai struktur vertikal.

 Atas prakarsa Pimpinan IMM Yogyakarta, maka bersamaan dengan Musyawarah IMM se-Daerah Yogyakarta pada tanggal 11-13 Desember 1964 diselenggarakan Musyawarah Nasional Pendahuluan IMM seluruh Indonesia yang dihadiri oleh hamper seluruh Pimpinan IMM Lokal dari berbagai kota. Musyawarah Nasional tersebut bertujuan untuk mempersiapkan kemungkinan diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada bulan April atau Mei 1965. Musyawarah Nasional Pendahuluan tersebut menyepakati penunjukan Pimpinan IMMYogyakarta sebagai Dewan Pimpinan Pusat Sementara IMM (dengan Djazman al-Kindi sebagai Ketua dan Rosyad Saleh sebagai Sekretaris) sampai diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama di Solo.

Dalam Musyawarah Pendahuluan tersebut juga disahkan asas IMM yang tersusun dalam 'Enam Penegasan IMM', Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMM, Gerak Arah IMM, serta berbagai konsep lainnya, termasuk lambang IMM, rancangan kerja, bentuk kegiatan, dan lain-lain.


PRINSIP DASAR ORGANISASI

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan. Tujuan IMM adatah mengusahakan terbentuknyaakademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Dalam mencapai tujuan tersebut, Ikatan  Mahasiswa Muhammadiyah melakukan beberapa  upaya strategis sebagai berikut :
1.       Membina para anggota menjadi kader persyarikatan Muhammadiyah, kader umat, dan kader bangsa, yang senantiasa setia  terhadap keyakinan dan cita-citanya.
2.       Membina para anggotanya untuk selalu tertib  dalam ibadah, tekun dalam studi, dan  mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk  melaksanakan ketaqwaannya dan pengab diannya kepada allah SWT.
3.       Membantu para anggota khusus dan mahasiswa pada umumnya dalam menyelesaikan kepentingannya.
4.       Mempergiat, mengefektifkan dan menggembirakan dakwah Islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar kepada masyarakat khususnya masyarakat mahasiswa.
5.       Segala usaha yang tidak menyalahi azas, gerakan dan tujuan organisasi dengan mengindahkan segala hukum yang berlaku dalam Republik Indonesia.


JARINGAN STRUKTURAL IMM

Susunan organisasi IMM dibuat   secara  berjenjang dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan  Komisariat. Dewan Pimpinan Pusat adatah tingkat  pimpinan tertinggi di IMM yang menjangkau ruang lingkup nasional. Dewan Pimpinan Daerah adatah pimpinan organisasi yang menjangkau suatu kesatuan wilayah tertentu yang terdiri dari cabang-cabang IMM. Pimpinan Cabang adalah pimpinan organisasi yang menjangkau satu kesatuan komisariat IMM. Komisariat IMM adatah kesatuan anggota-anggota IMM dalam sebuah perguruan tinggi atau kelompok tertentu. Saat ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

PROGRAM KERJA

Secara umum program kerja IMM dilaksanakan untuk memantapkan eksistensi organisasi demi  mencapai tujuannya, "mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah" (AD IMM Pasal 6). Untuk menunjang pencapaian tujuan IMM tersebut, maka perencanaan dan pelaksanaan  program kerja diorientasikan bagi terbentuknya  profil kader IMM yang memiliki kompetensi dasar  aqidah, kompetensi dasar intelektual, dan  kompetensi dasar humanitas. Sebagai organisasi yang      bergerak       di     bidang     keagamaan,  kemasyarakatan, dan kemahasiswaan, maka  program kerja IMM pada dasarnya tidak bisa lepas  dari tiga bidang garapan tersebut. Perencanaan dan  pelaksanaan program kerja tersebut memiliki  stressing yang berbeda-beda (berurutan dan saling  menunjang) pada masing-masing level  kepemimpinan.
·         Di tingkat Komisariat: kemahasiswaan, perkaderan,keorganisasian,kemasyarakatan.
·         Di tingkat Cabang: Perkaderan, kemahasiswaan, keorganisasian, kemasyarakatan.
·         Di tingkat Daerah: keorganisasian, kemasyarakatan, perkaderan, kemahasiswaan.
·         Di tingkat Pusat: Kemasyarakatan, keorganisasian, perkaderan, kemahasiswaan.

 Berkaitan dengan program kerja jangka panjang, maka sasaran utamanya diarahkan pada upaya perumusan visi dan peran sosial politik IMM memasuki abad XXI. Hal ini tidak lepas dari ikhtiar  untuk memantapkan eksistensi IMM demi tercapainya tujuan organisasi (lihat AD IMM Pasal 6). Sasaran utama dan program jangka panjang ini  merujuk pada dan melanjutkan prioritas program yang telah diputuskan pada Muktamar Vll IMM di  Purwokerto (1992). Program dimaksud menetapkan  strategi pembinaan dan pengembangan organisasi  secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan  selama Lima periode Muktamar IMM.

 Periode Muktamar IX diarahkan pada  pemantapan konsolidasi internal (organisasi,  pimpinan, dan program) dengan meningkatkan  upaya pembangunan kualitas institusional dan  pemantapan mekanisme kaderisasi dalam menghadapi perkembangan situasi sosial politik  nasional yang semakin dinamis. Periode Muktamar  X diarahkan pada penguatan orientasi kekaderan  dengan meningkatkan mutu sumber daya kader  sebagai penopang utama kekuatan organisasi  datam transformasi sosial masyarakat. Periode  Muktamar XI diarahkan pada penguatan peran  institusi organisasi baik secara internal (pelopor,  pelangsung, dan penyempurna gerakan pembaruan dan amal usaha Muhammadiyah) maupun eksternal  (kader umat dan kader bangsa).

  Periode Muktamar XII diarahkan pada pemantapan peran IMM dalam wilayah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara memasuki era globalisasi yang lebih luas. Periode Muktamar XIll diarahkan pada pemberdayaan institusi organisasi serta pemantapan peranan IMM dalam kehidupan sosial politik bangsa.

Kemudian pelaksanaan program jangka panjang itu memiliki sasaran khusus pada masing-masing bidangnya. Bidang Organisasi diarahkan pada terciptanya struktur dan fungsi organisasi serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dan mendukung gerak IMM dalam mencapai tujuannya. Program konsolidasi gerakan IMM juga diarahkan bagi terciptanya kekuatan gerak IMM baik ke datam maupun ke luar sebagai modal penggerak bagi pengembangan gerakan IMM.

Bidang Kaderisasi diarahkan pada penguatan tiga kompetensi dasar kader IMM (aqidah, intelektual, dan humanitas) yang secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai agen pelaku perubahan sosial bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diarahkan pada pembangunan budaya iptek dan penguatan paradigma ilmu yang melandasi setiap agenda dan aksi gerakan IMMdalam menyikapi tantangan zaman.

       Bidang Hikmah diarahkan pada penguatan peran sosial politik IMM di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam peran serta dan partisipasi sosial politik generasi muda (mahasiswa). Bidang Sosial Ekonomi diarahkan pada penumbuhkembangan budaya dan wawasan wiraswasta di lingkungan IMM, terutama dalam membangun dan memberdayakan potensi ekonomi kerakyatan. Bidang Immawati diarahkan pada upaya penguatan jati diri dan peran aktif sumber daya kader puteri IMM dalam transformasi social menuju masyarakat utama.

Diambil Dari : http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-87-det-imm.html